“Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak selalu akan ada pada kamu.” (Yoh. 12:8)

Dalam bacaan Injil hari Senin Pekan Suci, Maria mengurapi kaki Yesus dengan minyak narwastu karena menyadari ajal-Nya yang sudah makin dekat. Sudah selayaknya Maria melakukan itu sebagai bukti cinta sejati pada Yesus. Kalau boleh diumpamakan, hal tersebut tak ubahnya kita memberi kado terbaik bagi sahabat yang akan for good meninggalkan Taiwan. Tak berhenti sampai di situ, kita pun memberikan diri untuk menemaninya pada momen-momen terakhir, bahkan bila perlu wajib hukumnya untuk menghantar sang sobat menuju ke destinasi terakhir di Taiwan: bandar udara.

Ada saja orang yang tidak peka menghadapi situasi perpisahan: Yudas Iskariot. Kala itu, Yudas justru nyinyir tindakan Maria yang tidak pro kaum miskin karena membuang-buang minyak mahal begitu saja. Sekilas ada benarnya juga, barangkali bisa bermanfaat bila minyak tersebut dijual dan hasilnya dibagikan kepada orang yang kurang beruntung. Rupanya, Yesus memaknai perbuatan Maria secara lebih dalam daripada sekadar sinisme Yudas. “Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak selalu akan ada pada kamu” (Yoh. 12:8).  

Meski perbuatan Yudas yang notabene sebagai murid Yesus tidaklah pada tempatnya, namun pada Pekan Suci kita diajak untuk lebih memandang Lazarus, Maria, dan Marta yang mencintai Yesus sepenuh hati. Sekaligus tidak lupa untuk mencintai sesama dan orang miskin layaknya mencintai diri sendiri. Sebagai manusia, wajar bila merasa tidak mudah mencintai Tuhan dan sesama dengan segenap hati dan jiwa. Tetap semangat dan berikhtiar!

Paskah tinggal menghitung hari, sudah siapkah kita?

DOA (†) Tuhan ampunilah kami yang belum sepenuh hati mencintai-Mu dan sesama. Berilah kesempatan bagi kami agar makin baik dalam mengasihi. Amin(†)