“Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.” (Mazmur 1:3)

Sebuah hal trivia yang saya ketahui mengenai kepiting. Ketika satu kepiting ditaruh di dalam sebuah wadah, wadah perlu ditutup karena dia akan memanjat keluar. Uniknya jika dua kepiting atau lebih pada suatu wadah, kita tidak perlu kuatir kepiting akan memanjat karena ketika satu kepiting mencoba memanjat keluar, kepiting lain akan sibuk untuk menariknya kembali supaya kawannya itu gagal untuk melarikan diri.

Bertepatan dengan Mazmur hari ini membahas mengenai kehidupan seorang yang benar dan fasik. Adalah sesuatu yang berkaitan dengan bagaimana sebuah lingkungan dapat mempengaruhi hasil akhir dari hidup dan kepribadian seseorang. Saya percaya bahwa ayat emas di atas merupakan janji Tuhan yang hendak kita semua capai. Saya sangat yakin akan pentingnya komunitas yang sehat dan tepat sebagai support system. Terkadang seseorang yang sudah mantap dan menetapkan hatinya untuk menjalani Firman, masih bisa terjatuh karena lingkungan yang tidak sehat.

Pemazmur mengatakan pentingnya untuk tidak menempatkan diri pada lingkungan pencemooh agar kita dapat menjadi orang benar. Dengan komunitas yang menunjang, kita akan dibuat semakin berani untuk mendekatkan diri pada Kristus, terlepas dari halangan yang ada.

Kerap kali, ketika kita diizinkan untuk jatuh dan belajar, di sinilah kita memahami arti pertobatan. Sebuah pemantapan hati yang menunjukan berbaliknya kita kepada Tuhan. Dari pertobatan yang lantang dan bulat, saya pribadi belajar untuk tidak mengandalkan manusia melainkan hanya Tuhan.

Lewat ilustrasi pada bacaan injil (Ay. 39), cukup ironis bahwa orang yang menghalangi dan menegur si orang buta untuk mendekat kepada Yesus adalah sekelompok manusia yang secara literal dan kasat mata berjarak lebih dekat dengan-Nya. Namun kedekatan yang Ia kehendaki adalah kedekatan hati dan iman bahwa Tuhan tidak akan melewati diri kita begitu saja. Percayalah, Tuhan rindu untuk memalingkan wajah-Nya kepadamu.

DOA (†)

Tuhan Yesus, mampukan saya untuk tidak terkecoh akan gangguan sekitar yang menghalangiku dari pada-Mu. Bila saat ini saya berada pada lingkungan atau hubungan yang kurang sehat, berikanku jalan yang terbaik supaya saya bisa berada pada komunitas yang membangun sehingga dapat meraih janji-Mu. Teguhkanlah hatiku untuk terfokus pada-Mu.

Amin. (†)