“Sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang” (Yoh. 6:26)

Dalam Yoh. 6:22—29, Yesus menegur para pengikut saat datang mencari Dia karena alasan duniawi, yang dalam hal ini digambarkan dengan roti. Banyak orang tahu bahwa Yesus telah menggandakan roti dan memberi makan mereka hingga kenyang. Sering kali kita juga bersikap seperti orang-orang tersebut, yakni terlebih dahulu berkedok datang pada Tuhan untuk mencari “roti” yang bersifat duniawi, seperti kekayaan, rekan bisnis, kekasih, dsb.  

Tidak jarang kekecewaan timbul ketika doa-doa kita tidak dikabulkan oleh Tuhan. Bila demikian, cara kita memandang Yesus sama halnya dengan pengikut-pengikut sebagaimana diceritakan dalam perikop yang dibahas. Yesus dipandang sebagai “dukun sakti” yang bisa membuat keajaiban, sampai-sampai khalayak pun berdatangan. 

Bila kita sedikit mengintip Yoh. 6:35, Yesus mengatakan bahwa Dialah “roti” hidup yang dapat mengenyangkan kita. Ini berarti Yesus adalah satu-satunya sumber kebahagiaan sejati yang dapat “mengenyangkan” hati kita. Kebahagiaan ini jelas berbeda dengan kebahagiaan duniawi yang sifatnya sementara dan mudah lenyap.  

Maka, menjadi penting bagi kita untuk membangun relasi yang baik dengan Yesus melalui doa dan liturgi, khususnya ekaristi. Dalam ekaristi, kita menerima kehadiran Yesus secara nyata dalam wujud makanan rohani, yang mengingatkan betapa besar cinta-Nya pada kita. Dengan makin mendekatkan diri dan berserah pada penyelenggaraan Tuhan, maka hati kita dapat senantiasa bersukacita dan bersukaria dalam memuliakan Allah karena Ia telah menyelamatkan kita. [her]


DOA (†) Ya, Yesus yang baik, ajarilah aku untuk makin mencari Engkau di dalam seluruh langkah hidupku. Bimbinglah aku agar hari demi hari kian dekat dengan-Mu dan mencintai-Mu sehingga aku boleh selalu bersukacita oleh karena-Mu. Sebab Engkaulah Tuhan dan juru selamatku, kini dan sepanjang masa. Amin.